Sesungguhnya olahraga golf mempunyai sejarah dan tradisi terhormat yang panjang dan banyak sekali kejadian dalam sejarah memperlihatkan contoh-contoh yang pantas ditoreh dengan tinta emas. Intinya, sejarah membuktikan bahwa pameo "Golf is a Gentlemen's Game" tidak salah-salah amat. Para ksatria (gentlemen) mengedepankan kehormatan, integritas, dan kejujuran di atas segalanya, termasuk kemenangan.
Sportivitas dan Perilaku Ksatria
Apa sebenarnya yang membedakan olahraga golf dengan olahraga lain, untuk individual ataupun beregu? Boleh dikatakan olahraga golf adalah salah satu yang tersisa dari hanya sedikit saja olahraga yang masih mengedepankan perilaku ksatria dan sportivitas sesungguhnya. Tambahan pula di golf para pemain diminta untuk mewasiti dan menjadi polisi untuk diri-sendiri. Disebabkan area permainan sedemikian luasnya tidaklah mungkin untuk selalu memonitor setiap gerak-gerik pemain di lapangan golf. Hanya pada turnamen-turnamen utama setiap grup pemain didampingi wasit berjalan, umumnya tanggung jawab mewasiti berada di pundak masing-masing pemain. Untuk itu perlu dipupuk yang namanya hati nurani, integritas, kejujuran, dan tentunya pengetahuan Peraturan yang cukup baik agar mampu menjadi wasit yang baik untuk diri-sendiri.
Olahraga Lain
Olahraga lain seperti misalnya hoki es kenyataannya sering mengedepankan tindakan kekerasan fisik sebagai pembenaran dilanggarnya harga diri seorang pemain. Menantu penulis yang kebetulan dokter bedah tulang acapkali diminta bertugas saat ada pertandingan yang berakhir dengan patah tangan, kaki, tulang iga, dan anggota tubuh lain para pemain, seolah-olah kekerasan sudah merupakan bagian integral dari permainan itu sendiri.
Begitu juga sepakbola. Saling sikut dan jegal merupakan kehandalan yang perlu dipelajari dan kadang-kadang diterapkan.
Kita masih teringat beberapa puluh tahun yang lalu saat Maradona, ikon sepak bola, memasukkan bola bukan dengan sundulan kepala saat Olimpiade, yang malah dengan bangga belakangan mengakui memasukkannya dengan "tangan Tuhan"--yaitu tangannya sendiri. Karena wasit tidak melihatnya, gol tersebut tidak dianulir.
Belum lagi sikap perilaku John McEnroe saat masih berkiprah di gelanggang tenis. Sungguh pemandangan yang tidak membanggakan. Di gelanggang basket juga tidak jauh berbeda. Sportivitas semakin jauh ditinggalkan. Segala cara dihalalkan demi kemenangan.
Olahraga Golf
Sebaliknya, golf mempunyai suasana, sikap, dan pandangan yang sama sekali berbeda tentang sportivitas serta bermain dengan fair. Memang diakui, olahraga golf bukan olahraga kontak fisik yang dapat membuat seseorang menjadi marah dan berang. Bbagaimana pun, sportivitas adalah bagian integral dari olahraga golf. Di olahraga lain tidak ada pemain yang menjatuhkan penalti atas dirinya sendiri akibat pelanggaran Peraturan yang hanya diketahui si pemain sendiri.
Pegolf profesional bermain untuk jumlah uang yang tidak sedikit. Beda satu pukulan saja bisa berarti perbedaan ribuan atau ratusan ribu dolar. Namun, merupakan praktek yang biasa mereka lakukan untuk menjatuhkan penalti atas diri mereka sendiri apabila mereka membuat pelanggaran sekalipun tidak ada yang melihat.
Baik di tur golf profesional maupun di kejuaraan golf amatir banyak contoh yang membanggakan dilakukan para pemain.
Di gelanggang amatir kita teringat pada Scott yang dengan sportivitas tinggi mengingatkan Tiger, lawannya pada final match play US Amateur untuk mengembalikan bolanya ke tempatnya yang benar di green saat Tiger lupa mengembalikannya ke tempat semula setelah memindahkannya satu kepala-klab ke samping atas permintaan Scott karena mengganggu garis puttnya. Kalau Scott tidak bersikap ksatria, Tiger tidak akan memecahkan rekor dengan menjadi juara Amatir USA tiga kali dan Scott kemungkinan besar keluar sebagai juaranya.
Di tur profesional wanita pada turnamen LPGA Championship 2000 Wendy Ward memberikan contoh bahwa sikap ksatria bukan hanya milik kaum pria. Pada final saat mengadres bola ia berhenti dan berucap bahwa bolanya bergerak. Karena ia sudah mengadres, jika bola bergerak si pemain dianggap penyebabnya dan harus dikenai penalti. Tidak ada yang memperhatikan bolanya bergerak, tetapi Wendy tetap memenalti dirinya sendiri. Akibatnya ia gagal tie untuk posisi utama sehingga kehilangan kesempatan untuk play off memperebutkan hadiah USD210,000 yang akhirnya menempatkannya di posisi ke-3 yang besarnya "hanya" USD76,319.
Pada tur profesional pria lebih banyak lagi kejadian-kejadian yang membanggakan seperti saat Greg Norman mengakui bermain dengan bola yang tidak conforming, serupa juga dengan J.P. Hayes baru-baru ini pada babak kedua kualifikasi PGA Tour mengakui bermain dengan bola yang tidak memenuhi syarat meski tidak ada yang tahu. Akibatnya J.P. Hayes kehilangan kesempatan mendapatkan kartu tur PGA TOURnya.